METODE RISET
Nama : Agung Aprianto
NPM : 10210285
Kelas : 3EA13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Reputasi Merek
Reputasi
merupakan penghargaan yang didapat oleh perusahaan karena adanya
keunggulan-keunggulan yang ada pada perusahaan tersebut, seperti kemampuan yang
dimiliki oleh perusahaan, sehingga perusahaan akan terus dapat mengembangkan
dirinya untuk terus dapat menciptakan hal-hal yang baru lagi bagi pemenuhan
kebutuhan konsumenb. (Herbig dan Milewicz, 1993). Perusahaan dapat membangun
berbagai macam reputasi, seperti reputasi kualitas, reputasi pemasaran,
reputasi inovasi produk, dan lain sebagainya. Suatu reputasi perusahaan akan
menurun manakala gagal dalam memenuhi apa yang diisyaratkan pasar. (Herbig,
Milewicz dan Golden, 1994).
Menurut
American Marketing Association (Kotler, 2000 : 460), merek adalah nama,
istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang
dimaksudkan untuk mengindentifikasi barang atau jasa dari seorang atau kelompok
penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Suatu merek pada
gilirannya member tanda pada konsumen mengenai sumber produk tersebut. Di
samping itu, merek melindungi, baik konsumen maupun produsen dari para
competitor yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik.
Pada intinya merek adalah penggunaan nama, logo, trade mark,
serta slogam untuk membedakan perusahaan-perusahaan dan induvidu-induvidu satu
sama lain dalam hal apa yang mereka tawarkan. Penggunaan konsistensi suatu
merek, simbol atau logo membuat merek tersebut segera dapat dikenali oleh
konsumen sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengannya tetap diingat. Dengan demikian, suatu merek dapat mengandung
tiga hal, yaitu sebagai berikut.
1)
Menjelaskan apa yang dijual perusahaan.
2)
Menjelaskan apa yang dijalankan oleh perusahaan.
3)
Menjelaskan profil perusahaan itu sendiri.
Suatu merek
memberikan serangkai janji yang di dalamnya menyangkut kepercayaan,
konsistensi, dan harapan. Dengan demikian, merek sangat penting, baik bagi
konsumen maupun produsen. Bagi konsumen, merek bermanfaat untuk mempermudah
proses keputusan pembelian dan merupakan jaminan akan kualitas. Sebaliknya bagi
produsen, merek dapat membantu upaya-upaya untuk membangun loyalitas dan
hubungan berkelanjutan dengan konsumen.
2.1.2 Kepuasan Konsumen
Kepuasan
konsumen merupakan tanggapan atas pemenuhan pelanggan terhadap sebuah
pengalaman konsumsi, tau sebagaian kecil dari pengalaman itu. Kepuasan
pelanggan merupakan tanggapan yang menyenangkan dari pelanggan karena yang
diharapkan terpenuhi, sedangkan ketidakpuasan merupakan tanggapan berupa
kekecewaan karena yang diharapkan tidak terpenuhi. (Buttle, 2004; Kotler dan
Keller, 2006; Arnould et al., 2005; Oliver, 1999).
Gaspers (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan
konsumen sangat bergantung kepada presepsi dan harapan konsumen. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi dan harapan konsumen antara lain:
a) Kebutuhan dan keinginan yang
berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan konsumen ketika sedang mencoba
melakukan transaksi dengan produsen produk.
b) Pengalaman masa lalu ketika
mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya.
c) Pengalaman teman-teman.
Engel, Roger dan Miniard (1994) mengatakan bahwa kepuasan
adalah evaluasi paksa konsumen untuk memilih beberapa alternative dalam rangka
memenuhi harapan.
Kotler, (2000) menyatakan ciri-ciri konsumen yang merasa puas
sebagai berikut.
Ø Loyal terhadap produk
Konsumen yang puas cenderung loyal dimana mereka akan membeli
ulang dari produsen yang sama.
Ø Adanya komunikasi dari mulut yang bersifat positif
Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication) yang bersifat positif yaitu
rekomendasi kepada calon konsumen lain dan mengatakan hal-hal yang baik
mengenai produk dan perusahaan.
Ø Perusahaan menjadi pertimbangan utama ketika membeli
merek lain
Ketika konsumen ingin membeli produk lain, maka perusahaan
yang telah memberikan kepuasan kepadanya akan menjadi pertimbangan yang utama.
Menurut Philip Kotler (1997:38) ada empat metode yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen yaitu :
Dalam bukunya Principle of Marketing 7e (Philip Kotler.2000)
berpendapat bahwa pada perusahaan yang berpusat pada pelanggan, kepuasan
konsumen/pelanggan merupakan sasaran dan factor utama dalam sukses perusahaan.
Perusahaan ini dan perusahaan yang lain menyadari bahwa pelanggan yang merasa
amat puas menghasilkan beberapa manfaat bagi perusahaan. Mereka membeli produk
tambahan ketika perusahaan memperkenalkan produk yang berkaitan atau versi perbaikan.
Dan pembicaraan mereka kepada rekanrekannya menguntungkan perusahaan dan
produknya. Walaupun berusaha menyerahkan kepuasan pelanggan yang relatif tinggi
ketimbang pesaing, perusahaan juga yang tidak selamanya berusaha memaksimalkan
kepuasan pelanggan. Sebuah perusahaan mungkin selalu meningkatkan kepuasan
pelanggan dengan menurunkan harga atau meningkatkan pelayanan, tetapi keadaan
itu mungkin menyebabkan turunnya laba.
Lupiyoadi (2001),
menyebutkan lima faktor utama yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
kepuasan konsumen, antara lain:
a) Kualitas produk
Konsumen akan puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan
bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Produk dikatakan berkualitas bagi
seseorang, jika produk itu dapat memenuhi kebutuhannya (Montgomery dalam
Lupiyoadi, 2001). Kualitas produk ada dua yaitu eksternal dan internal. Salah
satu kualitas produk dari faktor eksternal adalah citra merek.
b) Kualitas pelayanan
Konsumen akan merasa puas bila mendapatkan pelayanan yang
baik atau yang sesuai dengan harapan.
c) Emosional
Konsumen merasa puas ketika orang memuji dia karena
menggunakan merek yang mahal.
d) Harga
Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan
harga yang relative murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi.
e) Biaya
Konsumen yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau
tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa
cenderungpuas terhadap produk atau jasa tersebut.
2.1.3 Loyalitas Konsumen
Penelitian
tentang loyalitas konsumen pada umumnya berpusat pada loyalitas konsumen
terhadap tangible products, dan sering disebut sebagai brand loyalty.
loyalitas konsumen pada umumnya merupakan suatu sikap yang merujuk pada ukuran
keterkaitan konsumen terhadap pemilihan dan penggunaan suatu produk. Ukuran
keterkaitan ini memberikan gambaran tentang penggunaan produk dalam waktu yang
lama dan untuk masa yang akan datang, serta ukuran ini mampu mencerminkan peluang
yang sangat kecil mengenai kemungkinan seorang konsumen beralih kepada
penggunaan produk pesaing, apabila produk pesaing tersebut didapati adanya
perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut produk lainnya, (Oliver, 1999;
Griffin, 2003; Pepper ddan Rogers, 2004).
Istilah loyalitas sering kali diperdengarkan oleh pakar
pemasaran maupun praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah
dibicarakan dalam konteks sehari-hari, tetap menjadi lebih sulit ketika
dianalisis makananya. Dalam banyak definisi Ali Hasan (2008:81) menjelaskan
loyalitas sebagai berikut:
1. Sebagai konsep generic, loyalitas
merek menujukkan kecenderungan konsumen untuk membeli sebuah merek tertentu
dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
2. Sebagai konsep perilaku, pembelian
ulang kerap kali dihubungkan denga loyalitas merek (brand loyality).
Perbedaannya, bila loyalitas merek mencemirkan komitmen psikologis terhadap
merek tertentu, perilaku pembelian ulang menyangkut pembelian merek yang sama
secara berulang kali.
3. Pembelian ulang merupakan hasil
dominasi (1) berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya alternative yang
tersedia, (2) yang terus – menerus melakukan promosi untuk memikat dan membujuk
pelanggan membeli kembali merek yang sama.
Loyalitas pelanggan merupakan salah satu tujuan inti yang
diupayakan dalam pemasaran modern. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas
diharapkan perusahaan akan mendapatkan keuntungan jangka panjang atas hubungan
mutualisme yang terjalindalam kurun waktu tertentu. Boulding (dalam Ali Hasan,
2008:83) mengemukakan bahwa terjadinya loyalitas merek pada konsumen disebabkan
oleh adanya pengaruh kepuasan dan ketidakpuasan terhadap merek tersebut yang
terakumulasi secara terus – menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas
produk. Customer loyalty atau loyalitas konsumen menurut Amin Widjaja Tunggal
(2008:6) adalah kelekatan pelanggan pada suatu merek, took, pabrikan, pemberi
jasa, atau entitas lain berdasarkan sikap yang menguntungkan dan tanggapan yang
baik, seperti pembelian ulang. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ada unsur perilaku dan sikap dalam loyalitas pelanggan.
Loyalitas adalah respon perilaku pembelian yang dapat
terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan
memperhatikansatu ataulebih mererk alternative dari sejumlah merek sejenis dan
merupakan fungsi proses psikologis. Perlu ditekankan bahwa hal tersebut
berbedad dengan perilaku membeli ulang, loyalitas pelanggan menyertakan aspek
perasaan, tidak melibatkan aspek afektif didalamnya (Dharmesta, dalam Diah
Dharmayanti, 2006:37-38). Olson (dalam Trisno Mushanto, 2004 128) berpendapat
bahwa loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian
secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu
produk maupun jasa yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut yang membutuhkan
waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang terjadi secara
berulang-ulang.
Menurut Kotler dan Amstronh (1997, p.554), bahwa loyalitas
berasal dari pemenuhan harapan atau harapan konsumen, sedangkan ekspektasi
sendiri berasal dari pengalaman pembelian terdahulu oleh konsumen, opini dari
teman dan kerabat, dan janji atau informasi dari pemasar atau pesaing. Ada
alasan untuk pengembangan hubungan jangka panjang dengan konsumen:
a.
Biaya perolehan pelanggan baru tinggi
b.
Pelanggan yang setia cenderung untuk berbelanja lebih banyak
c.
Pelanggan yang puas merekomendasikan produk-produk jasa perusahaan
d.
Pelanggan yang setia akan menekan pesaing dari pembagian pasar
Loyalitas bukan tentang presentase dari konsumen yang
sebelumnya membeli, tetapi tentang pembelian ulang. Loyalitas adalah tentang
presentase dari orang yang pernah membeli dalam kerangka waktu tertentu dan
melakukan pembelian ulang sejak pembeliannya yang pertama.
2.2 Kerangka Konsep
Loyalitas
konsumen merupakan suatu sikap pasca pembelian. Hal ini tidak serta-merta
timbul. Sebelum konsumen dapat loyal terhadap suatu produk, konsumen akan
mengevaluasi terlebih dahulu bagaimana produk yang telah dikonsumsinya. Hal ini
dilakukan oleh konsumen untuk melihat baik apakah kualitas produk yang telah
dikonsumsinya.
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3 Hipotesis Penelitian
1.
Reputasi merek berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen Produk ayam
bakar D’jokers.
2.
Reputasi merek berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen
pelanggan Mie ayan dan ayam bakar Fajar cabang Kelapa Dua.
3.
Reputasi merek berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen melalui kepuasan
konsumen pelanggan Restauran ayam bakar.
0 komentar:
Posting Komentar