kabarmadura.com internasional

bicarabola.com

Proposal PI

| Selasa, 30 April 2013 | |

Tugas Softskill Bahasa Indonesia Proposal Ilmiah

Nama : Agung Aprianto
NPM  : 10210285
Kelas  : 3EA13



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Persaingan bisnis industri furniture dari tahun ke tahun dirasakan oleh banyak perusahaan menjadi semakin kompetitif. Pasar tidak mengalami pertumbuhan yang sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Inflasi yang relatif masih cukup tinggi merupakan beberapa faktor penyebab daya beli masyarakat yang tidak mengalami peningkatan berarti sedangkan setiap perusahaan berusaha meningkatkan pendapatannya, karena biaya operasional perusahaan yang terus meninggakat. Lambatnya pertumbuhan pendapatan perusahaan membuat perusahaan berusaha keras untuk mengurangi biaya operasional usahanya salah satunya adalah dengan mengelola operasional yang dimiliki perusahaan. Perusahaan memiliki persediaan bahan baku yaitu bahan baku yang dipersiapkan.
            Keadaan semacam ini antara lain disebabkan oleh bahan baku yang dipergunakan untuk proses produksi adalah semua dari jenis bahan tersebut. Selain itu jenis bahan baku yang dibutuhkan tidak hanya satu material, hal ini yang membuat jadwal pemesanan bahan baku tidak teratur. Jika penjadwalan pembelian tidak teratur akan menyebabkan membengkaknya biaya persediaan, maka diperlukan adanya suatu perencanaan pembelian material, agar dapat diketahui pengaruhnya terhadap pengendalian persediaan, sehingga perusahaan dapat menentukan kuantitas bahan baku yang akan dibeli sehingga dapat memenuhi kebutuhan proses produksi dalam jumlah yang tepat dan waktu yang tepat sehingga biaya total persediaan dapat dikurangi dengan adanya periode pesanan dan kuantitas pemesanan yang optimal (Purnomo:2005).
           Oleh karena itu setiap perusahaan selalu berupaya untuk mencapai tujuannya dengan memaksimalkan kinerja pada bagian yang terdapat dalam perusahaan tersebut, diantaranya bagian produksi, bagian pemasaran, bagian keuangan atau bagian personalia. Manajemen perusahaan dituntut untuk mampu berproduksi secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan faktor produksi perusahaan secara tepat sehingga dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan dengan biaya seminimal mungkin.
            Industri Ikram Putri adalah sebuah industri yang bergerak dalam produksi sebuah furniture seperti meja, kursi, lemari, tempat tidur dimana dalam operasionalnya memerluakan perencanaan dan pengendalian bahan baku dalam produksinya. Tujuan penelitian ini adalah untu menciptakan suatu metode pengelolaan persediaan yabg efektif. Metode penelitian yang akan dipakai oleh penulis antara lain menggunakan metode EOQ (economic order quantity), ROP (reorder point), dan SS (safety stock).
Data-data yang diperlukan oleh penulis untuk melakukan penelitian ini antara lain :
Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit / tahun, biaya pemesanan untuk setiap pemesanan biaya penyimpanan perunit/ tahun, permintaan perhari, dan lead time pesanan barang yang dibutuhkan.
Tabel 1.1 Tabel Gejala

Kurangnya/jumlah pesanan bahan baku

Kurangnya perencanaan akan jumlah bahan yang akan dipesan
Economic   Order Quantity (EOQ) Material  Resource Plan (MRP)
Economic                      Order
Quantity (EOQ)
Terlambatnya pemesanan akan barang dan kekurangan bahan baku saat produksi
Kurang Tepatnya pemesanan akan bahan yang dibutuhkan

Reorder       Point
(ROP)
Safety Stock (SS)
Reorder Point (ROP) Safety Stock (SS)
        Sumber : Hasil Analisis Data (Mulyadi:2011)
            Adapun permasalahan yang akan muncul apabila persediaan tidak dikelola dengan baik akan muncul berbagai masalah antara lain : persediaan yang menumpuk di gudang. Hal ini menunjukkan ketidakefisienan karena menumpuknya investasi perusahaan yang tertanam dalam bentuk barang tersebut, barang yang tertumpuk mengakibatkan bertambahnya biaya penyimpanan, ruang penyimpanan, serta resiko rusak dan tidak laku juga meningkat dan pelanggan akan berkurang karena kinerja perusahaan menurun karena tidak mampu bersaing dan beroperasi secara efisien. Oleh karena itu, perlu disadari oleh manajemen bahwa perencanaan dan pengendalian itu perlu ditangani dengan cara yang lebih profesional dalam menghadapi perkembangan organisasi (Riyanto:2006). Oleh sebab itu, penulis ingin melakukan penulisan ilmiah dengan judul “PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU DENGAN METODE EOQ PADA INDUSTRI FURNITURE IKRAM PUTRI

1.2  Identifikasi Masalah
Dikarenakan banyaknya masalah yang terjadi pada perusahaan pada persediaan bahan baku maka kami mengambil identifikasi masalah sebagai berikut :
1.      Berapakah persediaan ekonomi sesudah dilakukan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku (Economic Order Quantity) ?
2.      Berapa jumlah bahan baku yang harus dipesan agar perusahaan dapat melakukan produksi sehingga tidak kekurangan bahan baku saat produksi (Reorder Point ) ?
3.      Berapa total biaya yang dapat diminimalisasi setelah menggunakan EOQ ?
1.3  Tujuan
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk :
1.      Untuk mengetahui jumlah pesanan ekonomis bahan baku pada setiap pemesanan.
2.      Untuk mengetahui kapan dan jumlah pemesanan bahan baku dilakukan yang sesudah dilakukan perencanaan dan pengendalian persediaan.
3.      Untuk mencari jumlah biaya yang dapat diminimalisasi sesudah melakukan perencanaan dan penegendalian bahan baku.
1.4  Manfaat
       Manfaat penelitian ini bagi
Perusahaan            :
·         Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan.
·         Permasalahan yang berhubungan dengan proses perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku.
Bagi Pembaca        :
·         Pembaca dapat menambah wawasannya mengenai perencanaan dan pengendalian bahan baku serta dapat menjadi gambaran untuk melakukan penelitian yang selanjutnya.
       Bagi Penulis     :
·         Memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis khususnya mengenai pentingannya perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku sehinggan dapat diterapkan kemudian hari.

1.5  Metodologi Penulisan
1.5.1 Objek Penelitian adalah
Industri furniture Ikram Putri yang beralamat di Jl.Seia Budi 1 RT01/05 No.63 Cikarang Utara, Bekasi-Jawa Barat 17530.
1.5.2 Sumber pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah :
·         Jurnal ilmiah, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mencari dari jurnal yang bersumber pada literatur maupun data sekunder yang berasal dari jurnal yang ada kaitannya dengan materi yang akan dibahas dalam penulisan ilmiah ini.
·         Penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung, dengan meninjau perusahaan sehingga diperoleh data yang lebih objektif. Data penulisan perolehan dengan mengadakan wawancara dengan pihakpihak yang berwenang dalam memberikan penjelasan.
1.5.3 Jenis Data
Dalam penulisan ilmiah ini menggunakan data :
·         Persediaan bahan baku kayu pada tahun 2012.
·         Jumlah atau kapasitas produksi kayu pada tahun 2012.
1.5.4 Analisis Data
Analisis yang digunakan berupa deskriptif yaitu mengambil data nyata dari lapangan untuk kemudian diolah berdasarkan prosedur secara teoritis dengan metode EOQ.
EOQ =  2 x D x S
       
                  P x I

1.6 Sistematika Penulisan
Berdasarkan data yang diperoleh maka penulis menyajikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I                         : Pendahuluan
Bab ini menerangkan latar belakang, identifikasi masalah, Tujuan,   Manfaat, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II                        : Landasan Teori
Pada bab ini berisi tentang pengertian perencanaan, fungsi dasar yang  harus dipenuhi perencanaan, faktor yang terkait dalam perencanaan, persediaan, pengertian pengendalian, tujuan pengendalian, pengertian persediaan, tipe persedian, fungsi persediaan, faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku, sejarah EOQ, model dasar EOQ.
BAB III                      : Gambaran Umum Perusahaan
                                      Mengemukaan sejarah dan perkembangan perusahaan.
BAB IV                      : Pembahasan
                                      Menjelaskan tentang analisa pemecahan masalah.
BAB V                        : Penutup
Pada bab terakhir ini penulis akan menguraikan kesimpulan dari  pembahasan yang telah dibuat beserta saran dari pembahasan tersebut.




BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Perencanaan
            
      Penge rtian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum. Beberapa batasan perencanaan menurut para ahli sebagai berikut :
·   
                Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan perkiraan yang mendekat sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan sebelumnya (Rahman:2008).
·                
               Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan (Siagian:2006).
·         
                 Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini atau diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Kusmiadi:2010).
·  
          Perencanaan adalah pemilihan alternatif atau pengalokasian berbagai sumber daya yang tersedia (Soekartati:2007).
Jadi perencanaan adalah suatu yang dilakukan secara dini dengan persiapan tentang apa yang dilakukan dimasa mendatang dengan memperkirakan fakta apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

2.1.2 Fungsi Dasar Yang Harus Dipenuhi Perencanaan
            Berdasarkan (Tampubolon:2007) fungsi-fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh aktivitas perencanaan adalah :
1.      Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu.
2.      Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secara ekonomis dan terpadu.
3.      Menetapkan kesinambungan antara tingkat kebutuhan produksi, teknik pemenuhan pesanan, serta memonitor tingkat persediaan produk  jadi setiap saat membandingkan dengan perencanaan persediaan dan melakukan revisi atas rencana produksi pada saat yang ditentukan.


2.1.3 Faktor yang terkait dalam perencanaan
            Menurut Teguh (2011:25) perencanaan bahan berkaitan dengan 3 faktor yang mendasar yaitu :
1.      Penentuan kualitas yang harus dibeli. Dalam menentukan kualitas bahan yang akan dibeli para manager harus memperhatikan biaya pemesanan dan penyimpanan, agar kedua biaya ini dapat diminimalisasi maka harus dilakukan pencarian atau perhitungan untuk memperoleh jumlah pemesanan kualitas bahan yang ekonomis.
2.      Kapan pembelian dilakukan. Penentuan dalam melakukan pembelian melibatkan jenis biaya yang paling bertentangan yaitu : biaya pemilikan persediaan dan biaya akibat tidak memadai persediaan.
3.      Persediaan pengaman. Persediaan ini diperlukan sebagai persediaan cadangan karena adanya perbedaan antara pengguna rata-rata dan pengguna maksimum yang dapat ditentukan pada periode tertentu.

2.1.4 Pengertian Pengendalian
            Menurut (Jeff:2007), pengertian pengendalian adalah memonitor dan mengevaluasi tugas-tugas artinya menilai apakah rencana yang ditetapkan dalam perencanaan telah tercapai.
            Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapka sebelumnya. Dasar dari semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variabel, atau sekumpulan variabel guna mencapai tujuan tertentu. Variabel ini dapat berupa manusia, mesin, dan organisasi.
            Pengendalian dalam dunia industri merupakan suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk kegiatan manajemen. Dengan tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang memuaskan.
Pada dasarnya dalam melakukan pengendalian ada 4 langkah yang digunakan yaitu, sebagai berikut :
1.      Mentukan standard (setting standard)
Menentukan standard mutu biaya (cost quality), standard mutu kerja (performance quality), standard mutu keamanan (safety quality), standard mutu keandalan (reliability quality) yang diperlukan untuk suatu produk.
2.      Menilai kesesuaian (appraising conformance)
Membandingkan kesesuaian dari produk yang dibuat dengan standard yang ditetapkan.
3.      Bertindak bila perlu (acting when neccesarry)
Mengoreksi masalah dan penyebabnya melalui faktor-faktor yang mencangkup maketing, desain, engineering, produksi dan pemeliharaan faktor-faktor yng mempengaruhi kepuasan pelanggan.
4.      Merencanakan perbaikan (planning for improvement)
Merencanakan suatu upaya yang berkelanjutan untuk memperbaiki standard biaya, kinerja, keamanan dan keterandalan.

2.1.5 Tujuan Pengendalian
            Berdasarkan pendapat Assauri (2004:177), tujuan pengendalian persediaan secara terinci dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk :
1.      Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2.      Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan, sehingga biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3.      Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat terhindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

2.1.6 Pengendalian Bahan Baku
 Pendapat Usry (2005:299), pengendalian bahan baku yang efektif sebagai berikut :
1.      Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang efisien dan tidak terganggu.
2.      Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan (musiman, siklus atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahan harga.
3.      Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum serta melindungi bahan baku dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca dan kerusakan akibat penanganan.
4.      Meminimalkan item yang tidak aktif, kelebihan atau usang dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku.
5.      Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan.
6.      Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada ditingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan perencanaan manajemen.

2.1.7 Pengertian Persediaan
            Menurut Hakim (2006:103), persediaan adalah sumber daya mengganggur (idle resources) yang menggunakan proses lebih lanjut. Proses lebih lanjut adalah kegiatan produksi dalam sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi atau kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. Persediaan merupakan sumber daya disamping yang dapat digunakan untuk memuaskan kebutuhan sekarang dan yang akan datang. Bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi merupakan contoh dari persediaan. Semua organisasi memiliki tipe sistem pengendalian dan perencanaan persediaan. Perusahaan selalu berupaya mengurangi biaya dengan mengurangi tingkat persediaan ditangan (on hand), sementara itu di sisi lain pelanggan menjadi sangat tidak puas ketika jumlah persediaan mengalami kerusakan (stock out). Oleh karena itu perusahaan harus mengusahakan terjadinya keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan pelanggan.
            Persediaan dimiliki hampir seluruh bentuk entitas bisnis manufaktur dalam bentuk persediaan bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Bagi bentuk entitas non manufaktur, persediaan yang dimiliki dalam jumlah yang lebih kecil / setidaknya dalam bentuk persediaan perlengkapan kantor yang mendukung kegiatan operasionalnya, semua itu jika tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap tingkat performance yang diberikan bagi pengguna jasa / pelanggan / masyarakat yang dilayani, apalagi jika unit usaha tersebut menyandarkan pada pengelolaan persediaan sebagai sumber pendapatannya seperti bentuk perusahaan dagang. Bentuk persediaan yang tidak dikelola dengan baik akan tercermin dalam bentuk sebagai berikut :
1.      Persediaan yang menumpuk di gudang, hal ini menunjukkan ke tidak efisienan karena menumpuknya investasi perusahaan yang tertanam dalam bentuk barang tersebut.
2.      Barang yang tertumpuk mengakibatkan bertambahnya biaya penyimpanan, ruang penyimpanan, serta resiko rusak dan tidak laku juga meningkat.
3.      Pelanggan akan berkurang karena kinerja perusahaan menurun karena tidak mampu bersaing dan beroperasi secara efisien.
Oleh karena itu, perlu disadari oleh manajemen bahwa perencanaan dan pengendalian persediaan itu perlu ditangani dengan cara yang lebih profesional dalam menghadapi perkembangan organisasi.

2.1.8 Tipe Persediaan
Persediaan yang ada di perusahaan biasanya terdiri dari 4 tipe yaitu :
1.      Persediaan bahan mentah yang telah dibeli, tetapi belum diproses. Pendekatan yang lebih banyak diterapkan adalah dengan menghapus variabilitas pemasok dalam mutu, jumlah atau waktu pengiriman sehingga tidak perlu pemisahan.
2.      Persediaan barang dalam proses yang telah megalami beberapa perubahan tetapi belum selesai. Persediaan ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu yang disebut waktu siklus. Pengurangan waktu siklus menyebabkan persediaan ini berkurang.
3.      Persediaan MRO merupakan persediaan yang dikhususkan untuk pelengkapan pemeliharaan, perbaikan, operasi. Persediaan ini ada karena kebutuhan akan adanya pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan yang tidak diketahui. Sehingga persediaan ini merupakan jadwal pemeliharaan dan perbaikan.
4.      Persediaan barang jadi, termasuk dalam bentuk persediaan karena permintaankonsumen untuk jangka waktu tertentu mungkin tidak diketahui.
Persediaan yang terdapat pada perusahaan industri terdiri dari :
1.      Persediaan bahan mentah (raw materials) merupakan persediaan yang akan diproses menjadi barang jadi atau setengah jadi. Bahan mentah merupakan produk langsung dari kekayaan alam.
2.      Persediaan komponen rakitan (component) merupakan persediaan barang dari perusahaan lain yang terdiri dari dan beberapa bagian secara terurai untuk kemudian dirakit menjadi suatu produk.
3.      Persediaan bahan pembantu merupakan persediaan bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari produk akhir perusahaan.
4.      Persediaan barang dalam proses (work in process) merupakan persediaan barang yang telah selesai dalam suatu tahapan proses tetapi masih memerlukan proses lanjutan sebelum menjadi produk akhir.
5.      Persediaan barang jadi (finished goods) merupakan barang yang sudah siap diproses dan siap untuk dijual.

2.1.9 Fungsi Persediaan
            Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi perusahaan, antara lain :
·         Untuk memberikan stock agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi.
·         Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.
·         Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon.
·         Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
·         Untuk menghindari kekurangan stock yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu,keterlambatan pengiriman.
·         Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.
Berdasarkan pendapat (Tampubolon:2007) pentingnya mengefektifkan sistem persediaan bahan, efisiensi, operasional perusahaan dapat ditingkatkan melalui fungsi persediaan dengan mengefektifkan fungsi decoupling, fungsi economic size, dan fungsi antisipasi.

2.1.10 Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku
            Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan ini ada beberapa macam. Faktor tersebut akan saling berkaitan,sehingga secara bersamaan akan mempunyai persediaan bahan baku. Adapun faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku sebagai berikut :
a.       Perkiraan Pemakaian
Sebelum kegiatan bahan baku dilaksanakan, maka manajemen harus membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi pada suatu periode.
b.      Biaya persediaan
Didalam menentukan besarnya persediaan bahan baku, maka perlu diperhitungkan pula biaya penyelenggaraan bahan baku.
c.       Pemakaian
Pemakaian bahan baku dari periode yang lau (actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan pemakaian yang sudah disusun dan harus senantiasa dianalisa, dengan demikian maka dapat disusun perkiraan kebutuhan bahan baku mendekati kenyataan.
d.      Waktu Tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku sampai datangnya bahan baku tersebut.
e.       Kebijakan Pembelanjaan
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatka dana dari perusahaan akan tergantung pada kebijakan dari perusahaan tersebut.

2.1.11 Sejarah Economic Order Quantity (EOQ)
            Menurut pendapat (Zulfikarizah:2005), pada tahun 1915 FW. Harris mengembangkan rumus yang cukup terkenal yaitu Economic Order Quantity (EOQ). Rumus ini banyak digunakan di perusahaan atas suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konsultan yang bernama Willson. Oleh karena itu rumus ini sering disebut dengan EOQ Willson, walaupun yang mengembangkan FW.Harris. Walaupun Economic Order Quantity (EOQ) merupakan teknik penentu persediaan tertua, namun Economic Order Quantity (EOQ) dengan variasinya banyak digunakan di perusahaan untuk permintaan tersendiri dalam manajemen persediaan karena relatif mudah digunakan.
            Menurut pendapat (Schroeder:2007), menyebutkan bahwa kuantitas pesanan ekonomis dan Economic Order Quantity (EOQ) dikembangkan oleh FW.Harris pada tahun 1915. Kemudian rumus ini bertambah luas penggunaannya di dalam industri melalui seorang konsultan yang bernama Willson. Oleh karena itu rumus ini sering disebut EOQ Willson, walaupun dikembangkan oleh FW.Harris. Economic Order Quantity (EOQ) dan variasinya masih digunakan secara luas di dalam industri bagi manajemen persediaan untuk permintaan bebas.

2.1.12 Pengertian Economic Order Quantity (EOQ)
            Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah pesanan yang dapat menekan biaya persediaan. Berikut pengertian Economic Order Quantity (EOQ) :
1.      Berdasarkan pendapat (Pardede:2005), menyatakan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan agar biaya kesediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.
2.      Menurut Sukanto (2005:200) EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian.
3.      Menurut (Rangkutti:2007), Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesanan dengan biaya yang paling murah.
4.      Menurut Keown (2008:748), menyebutkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) adalah menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis untuk jenis persediaan dengan penggunaan yang diperkirakan, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
Didalam perhitungan EOQ perusahaan biasanya membuat asumsi penyederhanaan sebagai berikut :
a.       Jumlah pesanan setahun dalam unit yang diketahui.
b.      Penjualan dilakukan secara merata sepanjang tahun.
c.       Biaya yang terjadi karena kebiasaan persediaan tidak diperhatikan.
d.      Safety stock juga tidak diperhatikan.
Dalam menentukan besarnya EOQ, perusahaan harus menyadari bahwa pembelian berdasarkan EOQ hanya dibenarkan apabila persyaratan terpenuhi. Adapun syarat utamanya sebagai berikut :
a.       Harga pembelian per unit konstan.
b.      Setiap saat perusahaan membutuhkan bahan baku tersebu relatif stabil sepanjang tahun.
c.       Jumlah produksi yang menggunakan bahan baku tersebut relatif stabil sepanjang tahun.
Untuk menentukan besarnya jumlah pesanan ekonomis dapat dicari dengan rumus:

  
  Dimana :
  EOQ  : Jumlah yang harus dipesan setiap melakukan pembelian.
  R       : Jumlah (dalam unit) yang harus dibutuhkan selama masa periode tertentu, misalnya 1 tahun.
  S        : Biaya Pemesanan (Ordering Cost) per pemesanan.
  P        : Harga bahan per unit.
  I         : Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang yang dinyatakan dalam presentase
              Dari nilai avarage dalam rupiah dari persediaan.
  L        : Lamanya waktu antara mulai dilakukan pemesanan bahan sampai diterima di gudang
              Persediaan.

2.1.13 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
            Dalam manajemen persediaan, masalah yang tidak kurang pentingnya dari masalah manajemen persediaan lainnya adalah bahwa perusahaan menentukan saat kapan pesanan diperlukan, supaya perusahaan tidak sampai kehabisan persediaan, karena menurut kenyataannya ada bahan atau material tertentu yang memerlukan waktu sehingga tidak dapat dikirim pada saat dipesan. Untuk menetapkan kapan dilakukan pesanan tersebut, perusahaan harus memperhatikan suatu titik atau saat yang disebut titik pemesanan kembali (Reorder Point) menurut (Riyanto:2008).
            Reorder Point merupakan saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan diatas safety stock sama dengan nol. Perhitungan Reorder Point : Pemakaian bahan baku selama Lead Time + Safety Stock. Pada saat jumlah persediaan bahan baku di gudang mencapai jumlah seperti yang tercantum dalam ROP, maka pembelian harus segera dilakukan.
            Menurut Supriyanto (2006:151), dalam menentukan Reorder Point perlu dipertimbangkan hal seperti berikut :
a.       Lead Time, yaitu waktu yang dibutuhkan (oleh supplier perusahaan) mulai dari permintaan, penerimaan pesanan sampai barang tersebut di gudang dan siap digunakan untuk produksi.
b.      Jumlah bahan baku yang digunakan untuk produksi selama lead time.
c.       Safety stock, yaitu besarnya persediaan yang harus selalu ada untuk menjaga apabila terjadi suatu hal yang tak terduga, misalnya keterlambatan pengiriman bahan baku yang tidak biasa terjadi.
Menurut Assauri (2005:187), dalam bukunya manajemen produksi dan operasi menyatakan bahwa dalam menentukan titi pemesanan kembali diperlukan keterangan :
a.      Pemakaian Bahan Baku Average (Usage Rate)
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah usage rate penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Pemakaian Usage rate adalah pemakaian mingguan, bulanan, dan sebagainya.
b.      Masa tenggang (Lead Time)
Masa tenggang adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan sampai kedatangan bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan.

2.1.14 Persediaan Penyelamat (safety Stock)
            Menurut Assuari (2009:188), persediaan penyelamat (Safety stock) adalah  persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out).
Tingkat Safety Stock tingkat minimum persediaan dapat dinyatakan dalam jumlah waktu pemakaian atau penjualan barang. Tingkat safety stock dapat dihitung dengan jalan mengalikan pemakaian selama periode tertentu dengan kebutuhan bahan baku per satuan waktu yang ditetapkan perusahaan. Dalam menentukan persediaan penyelamat, haruslah didasarkan atas pertimbangan yang rasional yang dapat diukur sehingga dapat menghasilkan penentuan kebijakan yang tepat dan dapat efektif untuk menjaga kemungkinan terjadinya stock out.
   
BABIII
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1       Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Industri Ikram Putri adalah perusahaan furniture yang menghasilkan produk-produk lemari,kursi,meja,tempat tidur yang berkualitas dan terpercaya sehingga produknya tersebar luas di Indonesia. Di bawah pengawasan dan pengelolaan yang baik, langsung oleh pendirinya yaitu Bpk. Kasiran Djojo Prawiro, PT. Nogo Kukilo yang berdiri sejak 16 April 2000 kini berkembang pesat dengan hasil produksi rata-rata 2.500 unit / bulan yang dikerjakan oleh 50 orang karyawan dengan ketekunan, kreativitas dan ketrampilan yang tinggi dibidang keramik. Nogo Kukilo memiliki showroom, yakni di Cikarang proses produksi keramik dilakukan, dari pengolahan bahan baku hingga proses finishing.
Notaris Bpk. Soeratman No. 82 . 3679 . HT 05.05 Th 2000
            Furniture Ikram Putri pada umumnya adalah pembuatan perabotan terakota yang berasal dari beberapa jenis kayu yang berkualitas untuk bahan perabotan yang dikerjakan secara teliti melalui proses penyerutan.
            Dalam proses produksinya, perusahaan menggunakan bahan baku setengah jadi antara lain :
Bahan baku untuk meja, berupa tanah yang merupakan campuran bahan adalah sebagai berikut :
    1. Kayu
    2. Lem
    3. Kain
3.2          Struktur Organisasi
Setiap perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan yang telah direncanaka tidak terlepas dari masalah struktur organisasi atau organisasi yang digunakan. Dibawah ini adalah merupakan susunan lengkap struktur organisasi PT. Nogo Kukilo :
1.    Komisaris
Sebagai pendamping dan penasehat direktur utama dalam hal yang berkenaan dengan aktivitas perusahaan.
  1. Direktur Utama
Menjalankan dan mengatur kebijaksanaan perusahaan serta bertanggung jawab atas perkembangan perusahaan.
  1. Manager Administrasi Keuangan
Seorang manajer yang bertugas mengatur pengeluaran serta penerimaan kas dan administrasi kas segala aktivitas yang dilakukan dalam kelancaran produksi.
  1. Manajer Pabrik
Bertugas menentukan kebijaksanaan panrik dan bertanggung jawab kepada direktur utama atas segala aktivitas yang dilakukan dalam kelancaran produksi.
  1. Personalia (Kepala Bagian Personalia)
Tugas dari persanalia antara lain :
    1. Menerima pegawai dan melakukan penyeleksian terlebih dahulu.
    2. Membuat atau menyusun formasi menurut kelangkapan, tanaga operaional dan menunjang ketenagaan selaras dengan jumlah dan kemampuan yang ada.
  1. Sekretaris
Membantu manajer pabrik, yang bertugas menjalankan tata usaha yang berhubungan dengan perusahaan.

0 komentar:

Posting Komentar