Perilaku Konsumen (Bab.8)
8. Mempengaruhi sikap dan perilaku
MEMPENGARUHI SIKAP DAN PERILAKU
Untuk memahami tingkah
laku manusia diperlukan bantuan berbagai macam ilmu pengetahuan. Ilmu fisiologi,
mempelajari tingkah laku manusia, dengan menitik beratkan sifat-sifat yang khas
dari organ-organ dan sel-sel yang ada dalam tubuh. Sedangkan sosiologi,
mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku dan perbuatan manusia dengan menitik
beratkan pada masyarakat dan kelompok sosial sebagai satu kesatuan, dan melihat
individu sebagai bagian dari kelompok masyarakat ( keluarga, kelompok sosial,
kerabat, clan, suku, ras, bangsa). Di antara dua kelompok ilmu pengetahuan ini
berdiri psikologi, yang membidangi individu dengan segala bentuk
aktivitasnya, perbuatan, perilaku dan kerja selama hidupnya (Kartini, K.,
1980). Selanjutnya Kartini menyatakan, bahwa fisiologimemberikan
penjelasan mengenai macam-macam tingkah laku lahiriah, yang sifatnya jasmani.
Sedangkan manusia merupakan satu totalitas jasmani-rohani.
Psikologi mempelajari bentuk tingkah laku (perbuatan,
aktivitas) individu dalam relasinya dengan lingkungannya.
Dari pemahaman diatas,
terlihat bahwa betapa mempelajari sikap dan perilaku manusia sangat penting,
agar tercipta hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya.
2. Faktor-faktor lingkungan terhadap perkembangan emosi
Manusia mempunyai kemampuan yang besar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Keadaan mental maupun emosionil dari
seorang ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan anak yang dikandungnya.
Keadaan tegangan yang akut maupun kronis dapat merambat melalui sistem hormonal
ke plasenta. Efek ini dapat bersifat sementara, tetapi mungkin juga mempunyai
pengaruh yang lama (Anna, Sidharta, Brouwer, 1980).
Mengapa orang tua sering menganjurkan agar wanita
hamil megusahakan ketenangan, dengan lebih banyak berdoa dan sholat, hal ini
dimaksudkan agar sang bayi lahir selamat dan menjadi anak yang baik dalam
kehidupan selanjutnya. Banyak juga yang mulai melatih diri dengan mendengarkan
musik, dan wanita hamil harus selalu rajin membersihkan badan, yang hal-hal ini
dipercaya dapat mempengaruhi sifat/karakteristik bayi nantinya.
Sampai dengan anak beranjak dewasa, orangtua tetap harus dapat memberikan
pendampingan dan ketenangan pada anak, karena secara langsung anak akan belajar
dari orang tua, bagaimana orangtua menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Ketenangan orangtua dalam menyelesaikan masalah akan mengesankan si anak, dan
kemudian si anak akan mencoba melakukan hal yang sama jika menghadapi masalah
serupa.
Dari sekeliling kita, dapat dilihat bahwa anak-anak
yang dibesarkan dari ayah ibu yang penuh kasih sayang, akan menjadi anak yang
lebih baik dari kematangan emosi, dibanding dengan anak yang dibesarkan dari
keluarga berantakan.
Apakah pendidikan dan faktor lingkungan dapat
memperbaiki tingkah laku?
Jawabannya adalah ya, karena apabila sejak anak dalam kandungan orangtua
telah berperilaku baik, dilanjutkan dengan pendidikan yang sesuai, serta
mempunyai pengaruh lingkungan yang baik, maka diharapkan si anak akan nyaman
berada pada pengaruh faktor lingkungan yang baik ini. Faktor lingkungan apa
yang baik? Hal ini bisa diperdebatkan. Dalam suatu diskusi dengan seorang
teman, dia menyatakan bahwa anaknya berperilaku baik, santun, namun menurutnya
anaknya terlalu steril. Mengapa demikian? Karena sejak lahir, si anak tumbuh
dalam lingkungan kompleks perumahan yang dijaga satpam 24 jam, karena
orangtuanya mendapatkan fasilitas rumah dinas. Hal ini berbeda dengan si ayah,
yang merupakan ”anak kolong”. Si ayah berani memanjat, mendapat banyak luka di
kaki dan tangan….sedang si anak kulitnya mulus, walaupun anak tersebut tidak
ada celanya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan sifat dan perilaku anak.
3. Apakah faktor genetik mempengaruhi tingkah laku?
a. Faktor genetik mempengaruhi beberapa karakteristik sifat anak.
Misalkan ayah (AaBb) menikah dengan ibu (XxYy)
A = tinggi ; a = besar ; B=berambut hitam lurus ; b = kulit kuning langsat
X = sedang; x = mungil ;Y= berambut ikal ; y = kulit sawo matang
Apabila ayah dan ibu dengan karakteristik di atas menikah, maka peluang
anak yang akan dilahirkan mempunyai berbagai karakteristik/sifat, yang
merupakan paduan karakteristik/sifat ayah dan ibu tersebut.
Misalkan:
Anak ke-1 : berbadan tinggi, besar, berkulit sawo matang dan berambut ikal.
Anak ke-2 : berbadan sedang, mungil, berambut hitam lurus, berkulit sawo
matang.
A dan B akan menghasilkan 16 macam peluang sifat, yang merupakan perpaduan
dari AaBb dan XxYy.
Dari tulisan Beben, B (2007),
penelitian di bidang genetika saat ini tidak hanya tentang sejauh mana faktor
genetik mempengaruhi tingkah laku tertentu, tetapi sudah sampai pada tahap
identifikasi gen-gen yang mempengaruhinya. Selanjutnya Beben menjelaskan bahwa,
bukan hanya masalah kecerdasan (IQ), tingkah laku atau sifat-sifat lainnya juga
ternyata sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, seperti: kepribadian,
kecanduan terhadap alkohol, neurotism/ketidakstabilan mental,
penyakit kejiwaan (alzheimer, schizoprenia), dan lain-lain, yang hampir
semuanya dipengaruhi oleh susunan DNA. Hasil penelitian terhadap tingkah laku
selain dipengaruhi oleh lingkungan, juga dipengaruhi oleh faktor genetis.
Beben juga menjelaskaan, untuk
mengukur sejauh mana faktor genetik mempengaruhi suatu sifat, ahli genetika
menggunakan konsep heritabilitas, suatu besaran untuk menduga
sejauh mana variasi/perbedaan antar individu pada suatu sifat tertentu
dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor-faktor selain faktor genetik biasanya
disebut faktor lingkungan. Hal ini termasuk kondisi selama dalam kandungan (pre
natal, lingkungan keluarga, nutrisi, pendidikan, kelas sosial, pergaulan
dan lain-lain.
Penting untuk dicamkan, bahwa konsep heritabilitas ini adalah properti suatu sifat/karakter dalam suatu populasi, bukan pada seorang individu. Jadi, heritabilitas ini tidak bisa dipakai untuk memprediksi pengaruh genetik pada seorang individu, melainkan memprediksi perbedaan antar individu pada suatu populasi.
Hasil penelitian diberbagai jurnal ilmiah, seperti American Journal of Human Genetics, Behavior Genetics dan Twin Research and Human Genetics menyimpulkan bahwa antara 30-60% variasi pada berbagai tingkah laku manusia dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keturunan hampir sama pentingnya dengan faktor lingkungan dalam mempengaruhi berbagai karakteristik manusia (Beben, 2007).
Penting untuk dicamkan, bahwa konsep heritabilitas ini adalah properti suatu sifat/karakter dalam suatu populasi, bukan pada seorang individu. Jadi, heritabilitas ini tidak bisa dipakai untuk memprediksi pengaruh genetik pada seorang individu, melainkan memprediksi perbedaan antar individu pada suatu populasi.
Hasil penelitian diberbagai jurnal ilmiah, seperti American Journal of Human Genetics, Behavior Genetics dan Twin Research and Human Genetics menyimpulkan bahwa antara 30-60% variasi pada berbagai tingkah laku manusia dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keturunan hampir sama pentingnya dengan faktor lingkungan dalam mempengaruhi berbagai karakteristik manusia (Beben, 2007).
Beben B., juga menyatakan bahwa, untuk perkembangan ilmu pengetahuan,
tujuan utama dari penelitian genetika tingkah laku adalah identifikasi gen-gen
yang membuat berbagai karakteristik/sifat manusia. Apabila gen-gen yang
mempengaruhi berbagai kelainan tingkah laku seperti penyakitalzheimer dan autisme berhasil
diidentifikasi, maka diagnosis dini berdasarkan DNA akan sangat memudahkan
pengobatan dikemudian hari. Selain itu, dengan memahami mekanisme fisiologi dan
biokimia suatu kelainan tingkah laku, maka diharapkan pencarian obat-obatan dan
terapi untuk kelainan-kelainan tsb bisa dilakukan dengan mudah dan cepat.
4. Bagaimana cara menilai sikap dan perilaku anak buah
Tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan juga sangat
berkepentingan, dan aspek sikap dan perilaku merupakan kriteria yang harus
dimiliki oleh calon karyawan/pimpinannya. Bahkan di beberapa perusahaan, telah
dibentuk assessment center, yang bertugas antara lain untuk
melakukan penilaian kompetensi melalui observasi perilaku. Kemampuan untuk
menilai kompetensi ini juga harus dimiliki oleh para officer, untuk
melakukan penilaian para anak buahnya.
Kompetensi dapat digambarkan seperti gunung es, yaitu:
a) Kompetensi Teknis (ketampilan & pengetahuan), atau disebut hard
skill, yang lebih mudah dilihat. b) Kompetensi perilaku atau disebutsoft
skill, yang lebih sulit dilihat. Umumnya kompetensi perilaku menjadi lebih
penting daripada kompetensi teknis, untuk melakukan pekerjaan yang lebih
kompleks. Hal ini disebabkan, dengan personal karakteristik (intensi yang
baik), maka akan ditunjukkan oleh perilakunya, dan akan menghasilkan job
performance yang lebih baik.
Prinsip dalam menilai perilaku, bahwa observasi perilaku adalah hanya pada
perilaku yang sudah ditunjukkan anak buah dalam bekerja, dan bukan perilaku
yang akan ditunjukkan, serta bukan ketrampilan/pengetahuan/prestasi kerja.
Perilaku anak buah bisa berupa: pemikiran, perkataan, atau tindakan yang
dilakukan. Di dalam melakukan observasi perilaku bawahan, harus ada komitmen
bahwa: a) Melakukan observasi secara obyektif. B) Mencatat perilaku dari hasil
observasi secara akurat.c) Melakukan observasi selama periode penilaian secara
kontinyu (bukan diakhir periode penilaian saja).
Apa yang dicatat?
Perilaku yang dicatat hanya yang
terdapat pada bukti perilaku yang bersifat codable, yaitu bukti
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
· Pelakunya adalah anak buah yang akan dinilai
· Perilaku tersebut sudah ditunjukkan atau sudah terjadi (peristiwa masa
lalu)
· Pada situasi yang spesifik (bukan generalisasi)
· Perilaku tersebut detil/terinci (tindakan, pemikiran,
perkataan)
·Jelas intensi atau niat dari anak
buah tersebut dalam melakukan perilaku dimaksud.
Dengan dilakukan observasi perilaku, diharapkan para karyawan melakukan
tugasnya dengan lebih baik, sehingga akan memperoleh job performance yang
lebih baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan produkstivitas kerja.
Penilaian ini harus dilakukan secara transparan, sehingga baik atasan maupun
anak buah mempunyai pemahaman yang sama, serta didasarkan atas bukti perilaku
yang ada.
Sumber : http:// gregybayu.blogspot.com/2011/09/mempengaruhi-sikap-dan-perilaku.html
http:// www.duniaspikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi
0 komentar:
Posting Komentar