Butuh waktu seminggu untukku menunggu hari ini tiba. Hari yang berharga untukku. Bukan hari Ulang Tahun atau perayaan apapun. Ini hanya hari Minggu wadah bukti nyata secuil mimpi dan cita-citaku.
Ya, aku pikir tadinya dapat terlaksana dengan baik. Terlihat dari ucapan dan senyum kalian sebagai tanda dukungan, aku terima dengan senyum puas.
Tapi
Hanya dengan waktu 15 menit kalian MENGHANCURKAN! Ya, hari yang aku tunggu seminggu, semangat untuk bangkit memantapkan mimpi, kalian patahkan dalam sekejap.
Senyum aku lemparkan pada kalian. Dan bilang, “terima kasih”.
Ayah…
Hari ini kau berubah menjadi ES BATU yg begitu dingin. Dingin yang menusuk.
Dua hari yang lalu, anakmu ini sungguh merindukanmu. Di balik selimut yang menutupi demamnya, ia berdoa untuk Ayahnya yang segera pulang. Dan dua hari kemudian, doa itu terkabul. Sabtu kau pulang dengan segudang cerita. Aku dan Ibu mendengarkan dengan saksama. Kita tertawa berempat merespon kata demi kata yg terurai dari bibirmu Ayah.
Kemudian, aku lanjutkan dengan ceritaku tentang Mimpiku. Kesempatan mimpi untuk jadi nyata di hari Minggu. Event yang aku ikuti dengan niat dan semangat yang baru aku rasakan.
Kau tau Ayah, betapa riang nya hati ini mendapat selembar brosur kecil yang di bawakan oleh tetangga kita?
Kau tau Ayah, betapa semangatnya aku mempersiapkan diri untuk hari ini?
Aku rasa jawabannya TIDAK!
Orang lain bisa mengerti aku Ayah, kenapa kau tidak? Orang lain mengerti MIMPIku Ayah, kenapa kau tidak? Karena dia hanya orang lain, bukan Ayah!
Yang kau tau, anak gadismu ini tetap jadi anak perempuanmu yang masih kecil, yang harus slalu kau tuntun dan kau lindungi di bawah bayanganmu. Anak yang berhasil kau didik dengan kejujuran. Yang kau bentuk untuk menjadi anak yang patuh dan berbakti.
Ya, itu semua berhasil Ayah.
Tapi, bagaimana dengan anakmu? Pernahkan kau melihat dan memahami apa yang anakmu inginkan?
Selama ini kau slalu memenuhi kebutuhan ku. Kebutuhan yang dengan paksa kau tentukan.
Pernahkah kau bertanya ‘kamu mau apa?’ untuk memenuhi kebutuhanku? Jawabnya TIDAK Ayah.
Sekali saja untuk anakmu Ayah, putri yang sudah saatnya kau pandang DEWASA, putra yang sebentar lagi meninggalkanmu demi cita-cita yang sudah kau tentukan, putra yang tak lama akan menggantikan posisimu untuk menafkahi keluarga, putra yang mengubur MIMPI nya demi berbakti pada orang tua.
Sekali saja kau beri aku kesempatan untuk itu Ayah…
Orang yang paling mengerti aku sesungguhnya adalah kau Ayah. 100% kromosom ku sama dengan kromosom mu. Hampir semua sifat kita sama. Kau orang yang paling sering berselisih dengan ku, kau orang yang paling sering ku tangiskan, dan kau orang yang sering aku rindukan.
Aku sakit Ayah, aku terluka dengan kata-katamu. Bentakan itu, menundukkan mataku untuk memandang kedepan, menatap MIMPIku.
Ya, hari ini bukti yang paling nyata untuk benar-benar MENGUBUR SEMUANYA! Semua tentang mimpi dan harapan ‘bocah’. Semoga Tuhan memberiku kesempatan untuk dipandang DEWASA olehmu Ayah.
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar